Merokok tak hanya merupakan kesenangan pribadi, namun juga menjadi hidangan penting yang disajikan kepada para tamu, tidak ubahnya dengan sirih dan pinang. Begitulah argumentasi dari sejarawan Amen Budiman dan Ong Hok Ham yang disampaikan dalam buku Rokok Kretek: Lintasan Sejarah dan Artinya bagi Pembangunan Bangsa dan Negara.
Pada awal abad 19, masyarakat Indonesia tidak hanya menyajikan tembakau untuk dilinting oleh para tamunya, namun juga telah siap pakai dalam bentuk rokok buatan sendiri.
Menurut mereka, sebuah kutipan dari “Centhini”, sebuah naskah sastra Jawa terkenal yang disusun pada tahun 1814 atas perintah Sunan Paku Buwono V, waktu baginda masih menjadi putra mahkota, membuktikan adanya sajian rokok yang dimaksud.
“Sira dhewe ngladenana nyai
lan anakmu dhenok
ganten eses wedang dhaharane
mengko bagda ngisa wissa ngrakit
dhadar kang priyayi
dhayohmu linuhung.”
Artinya:
“Hai dinda, hendaknya egkau sendiri yang melayani
bersama anakmu si upik
dengan sirih, rokok, minum dan makanan
usia isya nanti hendaknya engkau telah selesa menyiapkan makanan yang baik
oleh karena tamumu orang yang mulia.”
Sumber: rokokindonesia.com